SEBELUM MEMBACA ALANGKAH BAIKNYA KLIK GAMBAR LOGO STIKES BINA PUTERA BANJAR UNTUK MENGETAHUI LEBIH BANYAK TENTANG KAMPUS KAMI
ꜜꜜ
DISCHARGE PLANNING
1 Pengertian Discharge
Planning
Program discharge planning (perencanaan
pulang) pada dasarnya merupakan program pemberian informasi atau pemberian
pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan,
obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter
& Perry, 2006 dalam Herniyatun dkk, 2009:128). Informasi diberikan kepada
pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis.
Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara
manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam
memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti
pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan)
dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter
& Perry, 2006)
Perencanaan pulang atau discharge planning
merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang
cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan
pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat professional , pasien,
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus berpusat pada
masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan
rutin yang sebenarnya. Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan
yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu dirumah sakit
dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang (Nursalam, 2012)
Perencanaan pulang atau discharge planning
merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam
Rosyidi, 2013).
Discharge planning adalah suatu proses
dimulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali
kelingkungannya. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan
pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk
memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi
layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Program yang dilakukan oleh perawat ini,
tidak selalu
sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi
ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan
sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat
bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu,
mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005). National
Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa
“discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana perawatan, dengan
tujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan, untuk memaksimalkan
potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau agar klien dapat memanfaatkan
dukungan dan sumber daya dalam keluarga maupun masyarakatnya”.
2. Tujuan Discharge
Planing
Menurut Nursalam (2012), Discharge
planning bertujuan untuk:
a. Menyiapkan
pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social; meningkatkan
kemandirian klien dan keluarga
b. Meningkatkan
perawatan yang berkelanjutan pada pasien
c. Membantu
rujukan pasien pada system pelayanan yang lain
d. Membantu
pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
e. Melaksanakan
rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
Pemberian discharge planning dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup
optimum sebelum dipulangkan (Almborg, 2010). Ini
juga terbukti oleh hasil penelitian meta-analisis bahwa discharge planning
secara signifikan mengurangi kunjungan ulang pasien ke rumah sakit (Philips,
2004).
Tujuan dilakukannya discharge planning
antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis
dipulangkan ke rumah, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien
dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam proses
pemulangan, menfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan
kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,
meningkatkan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga.
3. Manfaat Discharge
Planning
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2014),
perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Dapat
memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang dimulai
dari rumah sakit
b. Dapat
memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi
pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
d. Membantu
kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di rumah
Menurut Wulandari (2011) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa manfaat dari pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi
pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
b. Mengantispasi
terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
c. Mengurangi
LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
d. Meningkatkan
kepuasan individu dan pemberi layanan
e. Menghemat
biaya selama proses perawatan
f. Menghemat
biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di masyarakat
karena perencanaan yang matang.
g. Hasil
kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
4. Pemberian
Layanan Discharge Planning
Proses discharge planning harus
dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan multidisiplin, mencakup semua
pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada pasien
(Perry AG & Potter PA, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan
pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan.
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau coordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai
konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan
fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan merencanakan,
mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Assosiation,
2008).Seorang discharge planner bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan
perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting
dalam proses perawatan pasien dan dalam team discharge planner rumah
sakit, pengetahuan dan kemampuan perawatan melalui proses discharge
planning. Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi
lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola
dan memiliki komunikasi yang baik dan memahami setiap kondisi dalam masyarakat
(Carrol A &Dowling, 2007).
Prinsip-prinsip dalam perencanaan
pulang antara lain: pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga
nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi,
kebutuhan pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang timbul pada
saat pasien pulang nanti sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah
dapat segera diantisipasi, perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif
karena merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling
bekerjasama, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan/sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat (Doengoes EM, Moorhouse MF, & Murr AC, 2007).
5. Penerima Discharge
Planning
Menurut Rice (1992) dalam Potter &
Perry (2005:93), setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan discharge
planning atau rencana pemulangan. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus
mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio,
2008 dalam Siahaan, 2009:12). Discharge planning atau rencana pemulangan tidak
hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan
kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (The
Royal Marsden Hospital, 2004 dalam Siahaan, 2009:11).
6. Faktor-faktor
yang perlu dikaji dalam Discharge Planning
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam
perencanaan pulang adalah:
a. Pengetahuan
pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi, dan perawatan yang diperlukan
b. Kebutuhan
psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
c. Keinginan
keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka memberi asuhan
d. Bantuan
yang diperlukan
e. Pemenuhan
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eleminasi,
istirahat tidur, berpakaian, kebersihan diri dll
f. Sumber
dan sistem pendukung yang ada di masyarakat
g. Sumber
financial dan pekerjaan
h. Fasilitas
yang ada dirumah dan harapan pasien setelah dirawat
i. Kebutuhan
perawatan dan supervisi di rumah
7. Prinsip
– Prinsip Discharge Planning
Prinsip – prinsip dalam perencanaan pulang
antara lain:
a. Pasien
merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
b. Kebutuhan
dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul
pada saat pasien pulang nanti
c. Perencanaan
pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan multidisiplin
dan setiap tim harus saling bekerjasama
d. Tindakan
atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan/sumberdaya/fasilitas yang tersedia di masyarakat
e. Perencanaan
pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan pelayanan kesehatan
Selain prinsip-prinsip tersebut, dalam
modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik-Departemen
Kesehatan R.I (2008) dalam Wulandari (2011), prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan perawat dalam membuat discharge planning (perencanaan pulang)
adalah:
a. Dibuat
Pada Saat Pasien Masuk Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah
proses pengidentifikasian kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak
awal juga akan menurunkan lama waktu rawat yang pada akhirnya akan menurunkan
biaya perawatan.
b. Berfokus
Pada Kebutuhan Pasien Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat
atau tenaga kesehatan atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas,
perencanaan pulang berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga secara
komprehensif.
c. Melibatkan
Berbagai Pihak Yang Terkait Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam
membuat perencanaan. Hal ini memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang sesuai untuk pasien setelah ia pulang.
d. Dokumentasi
Pelaksanaan Discharge Planning Pelaksanaan discharge planning harus
didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada pasien dan pendamping minimal 24
jam sebelum pasien dipindahkan.
8. Komponen/Unsusr Discharge
Planning
Komponen yang dapat mendukung
terselengaranya discharge planning yang efektif adalah
keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim kesehatan, dan dukungan
dari care giver/pendamping pasien. Hal lain yang tidak kalah penting adalah
mengidentifikasi kesiapan komunitas/keluarga dalam menerima pasien kembali ke
rumah (Wulandari, 2011).
Discharge Planning Association (2008) dalam
Siahaan (2009:21) menyatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form
perencanaan pemulangan antara lain:
a. Pengobatan
di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan
pengobatan yang harus dihentikan.
b. Daftar
nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum
terjadi.
c. Kebutuhan
akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain, dengan
petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan diadakannya.
d. Bagaimana
melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet
makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
e. Petunjuk
perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin, dan
lain-lain).
f. Kapan
dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah
dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji
untuk control.
g. Apa
yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa dihubungi
untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
h. Bagaimana
mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang menjenguk,
penolong, pembantu jalan/walker, kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan
nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk
menyediakan pelayanan.
9. Jenis
Discharge Planning
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:)
discharge planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pulang
sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini dilakukan apabila
kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat
di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas
terdekat.
b. Pulang
mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir dari
hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang
paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau
dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.
10. Hal-Hal
Yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang
a. Instruksi
tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan, serta
masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
b. Informasi
tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di rumah.
c. Pengaturan
diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
d. Jelaskan
masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
e. Pendidikan
kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri dapat digunakan
metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
f. Informasi
tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan rumah apabila
pasien memerlukan.

Komentar
Posting Komentar